Opini UM Metro – Beberapa selagi kemudian aku tertarik dengan dengan bahasan di tidak benar satu grup sarana sosial berkenaan City Branding Kota Metro. Menarik, sebab sepertinya Kota Metro menjadi ulang melacak ciri khas yang bisa dilekatkan padanya. Kebetulan, penulis juga dulu bertugas menjadi tim marketing sebuah universitas. Banyak berurusan dengan dengan branding. Sehingga sedikit peka pada tema-tema branding.
Branding itu apa sih? kecuali membaca dibuku-buku teks kuliah, penjelasan teoritisnya bet 10 sebetulnya tidak sederhana. Banyak pendapat ahli, yang kadang selagi berbeda-beda. Namun kami coba menelaah dengan dengan secara lebih sederhana. Karena kadang selagi orang tetap sulit membedakan merk dengan dengan brand. Walau sebetulnya ringan sekali, tidak rumit.
Merek = nama produk, tapi merk = citra produk. Contoh misalnya, Budi adalah nama berasal dari seorang pria berusia 26 tahun. Budi dikenal membawa cii-ciri yang baik dan amat dermawan. Dalam perumpamaan ini, budi itu adalah merek. Membedakan budi dengan dengan manusia lain, berjenis kelamin laki-laki berusia 26 tahun. Sedangkan cii-ciri baik hati dan dermawan yang dikenal banyak orang berasal dari budi, adalah brand. Sifat yang dilekatkan dan menjadi ciri khas budi, bukan pada nama andi, toni, dan lainya.
City branding? sehingga lebih simpel lagi, merk kami terjemahkan saja menjadi citra. Kita paham citra adalah gambaran yang ada dibenak orang banyak berkenaan sesuatu. Sebagaimana dijelaskan pada perumpamaan sebelumnya. Ketika sebuah kota meminta dicitrakan dengan dengan suatu ciri khas, maka bisa disebut sebagai city branding. Kota Metro adalah merek, kemudian mau dicitrakan sebagai apa?
Kita telah pasti tidak meminta Kota Metro dikenal sebagai kota begal. Ini pasti saja merk yang negatif dan telah pasti amat merugikan. Sehingga berasal dari sekian banyak ciri khas yang ada di kota Metro, telah pasti tanda-tanda yang positif yang lebih pas kami memilih sebagai citra. Tentunya, citra ini kudu bisa menolong peningkatan Pendapatan Daerah Kota Metro. Bukan ceroboh asal memilih citra.
Beberapa th. sebelumnya, kami pasti ingat, kota Metro amat lekat dengan slot garansi dengan julukan “Kota Pendidikan”. Pada era itu, kuantitas orang yang menempuh pendidikan di Metro cukup banyak. Lembaga pendidikan berasal dari tingkat basic hingga perguruan tinggi mencapai kuantitas siswa yang signifikan. Semakin banyak orang yang tinggal di Kota Metro untuk menempuh pendidikan, telah pasti menjadi banyak juga duwit berputar di Kota Metro. Warung, toko, penyedia barang dan jasa banyak bermunculan. Lapangan pekerjaan terbuka, pembayar pajak di Kota Metro pun menjadi bertambah.
Kita menyaksikan selagi ini, terutama disaat pariwisata berbasis masyarakat menjamur, sepertinya citra kota pendidikan menjadi pudar. Promosi membangun citra kota Metro menjadi tidak fokus. Metro kadang selagi dipromosikan sebagai kota pariwisata, kota sejarah, kota kesehatan dan semisalnya. Brand Voicenya tidak seragam. Padahal tidak benar satu syarat sehingga citra terbenak di dalam diri seseorang, Info berkenaan citra yang bisa ditanamkan kudu konsisten. Informasi yang ditanamkan pada benak khalayak, haruslah seragam (fokus) dan terus-menerus.
Seragam di sini tidak diartikan, Brand Voicenya cuma itu-itu saja. Misalkan Kota Metro memilih citra sebagai kota pendidikan. Tidak cuma mempromosikan Metro adalah kota pendidikan, kota Metro juga kudu mempromosikan karakteristik berasal dari sebuah kota pendidikan yang dimilikinya. Misalnya kotanya aman, harga makanan dan kos murah, lingkunganya ramah, dan karakteristik lain yang bisa menguatkan citra Metro sebagai Kota Pendidikan.
Branding Metro Kota Pendidikan, sebatas contoh. Branding yang dulu begitu melekat pada lebih dari satu selagi lalu. Tentu saja pemerintah kota Metro bisa memilih citra kota dengan dengan langkah yang lebih sistematis. Memastikan citra yang dibangung slot bet 200 berdampak positif bagi penghasilan asli area (PAD). Tidak asal-asalan. Jika terpilih tidak benar satu citra, maka citra selanjutnya kudu dipromosikan secara konsisten. Kerjasama masyarakat, pemerintah kota dan seluruh stakeholder menjadi kunci membangung citra Kota Metro yang konsisten.
