Pembelajaran Bahasa Asing: Stigma dan Kecenderungan Siswa

Pembelajaran Bahasa Asing: Stigma dan Kecenderungan Siswa

Linguistik menarik untuk dibahas karena membantu manusia mengekspresikan apa yang mereka pikirkan dan memungkinkan interaksi antar manusia; tanpa bahasa, seseorang tidak akan mengenali dunia di sekitarnya. Bayi belajar bahasa sekaligus dengan mendengarkan dan mengamati kosa kata secara bertahap hingga mereka akhirnya dapat menulis kalimat sederhana.

Pembelajaran bahasa dimulai dari lingkungan internal, seperti keluarga dan rumah, sebagai sekolah pertama untuk mengenal bahasa hingga anak akhirnya mampu berbicara dan berinteraksi dengan bahasa tersebut. Sekolah juga melakukan hal yang sama sebelum anak memasuki sekolah dasar, dengan menguji kemampuan membaca dan berhitung.

Bagaimana dengan belajar bahasa asing? Bahasa asing telah dimasukkan ke dalam kurikulum banyak sekolah, tetapi mengapa banyak siswa masih kesulitan memahami bahasa asing, jangankan bahasa asing, bahasa daerah pun kadang-kadang sulit dipahami karena banyak istilah yang tidak familiar.

Meskipun bahasa Arab juga diajarkan di sekolah bahkan pesantren di Indonesia, pembelajaran bahasa di pesantren didasarkan pada keterpaksaan terhadap situasi yang membuat siswa terpaksa menggunakannya. Akibatnya, stigma sulitnya belajar bahasa dan tidak adanya lingkungan yang mendorong siswa untuk terus berbahasa membuat siswa tidak tertarik dengan bahasa.

Gontor menjadi salah satu lembaga yang mengajarkan bagaimana konsistensi berbahasa asing, bahkan bahasa Arab dan Inggris, adalah kunci dalam pembelajaran 24 jam penuh. Ini diajarkan melalui kegiatan bahasa dan optimalisasi media yang terhubung ke saluran televisi berbahasa asing untuk mengembangkan bahasa asing tersebut, dengan konsekuensi sanksi bagi mereka yang tidak berbahasa. Berbeda dengan metode pembelajaran di sekolah dan madrasah, yang hanya berbasis teori dan tidak menggunakan pembelajaran bahasa asing karena tidak ada lingkungan atau ruang yang mendukungnya. Jika anak-anak memilih untuk menggunakan bahasa Indonesia, hal itu disebabkan oleh rasa takut mereka dan konfidensi mereka terhadap berkomunikasi dalam bahasa asing.

Terlepas dari kenyataan bahwa ekstrakurikuler bahasa memberikan dampak positif terhadap kemampuan siswa dalam berbahasa asing, terkadang orang yang tertarik dengan ekstrakurikuler merasa bahwa pembelajaran bahasa di kelas hanya dilakukan secara formal atau karena tuntutan tugas yang mengharuskan siswa mempelajari bahasa asing. Namun, setelah mempelajari bahasa secara menyeluruh, siswa terkadang malas untuk menggunakannya dan mungkin memilih untuk mempelajari hal lain di luar bahasa.

Selain itu, sekolah dan madrasah unggulan menggunakan pendekatan bilingual dalam pembelajaran, terutama di kota-kota besar, di mana ada sekolah internasional. Bagaimana dengan daerah timur? Tentu saja akan sangat sedikit sekolah internasional dan terkemuka, tidak sebanyak di Jawa yang didominasi oleh https://align-us.org/ pesantren dan institusi pendidikan berkualitas tinggi, atau bahkan di Papua, banyak siswa yang belum mengenal apa itu bahasa Arab dan Inggris karena kemungkinan mereka belum bisa membaca dan menulis.

© 2024 Quảng Cáo Mai Hương. Thiết kế Website bởi Quang Cao Mai Huong.